Tampilkan postingan dengan label ekonomi politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi politik. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Juni 2017

konsep ekonomi politik

   Konsep Ekonomi Politik

Sebelum membahas konsep dan teori tentang ekonomi politik, terlebih dahulu harus di fahami tentang metode dan atau pendekatan dalam ekonomi politik. Pendekatan dalam ekonomi politik sendiri menurut Ikbar (2007: 2) bersifat fleksibel dan elektis, fleksibel artinya dapat memformulasikan dirinya ke dalam berbagai substansi dan konstektualitas keilmuan dalam kerangka interdisipliner. Sedangkan elektis diartikan bahwa ia dapat menjadi dirinya sendiri dan dapat pula dikatakan sebagai suatu perpaduan dari serangkaian sudut pandang, cara, dan alat analisis yang bersumber dari disiplin lain yang sudah menjadi bagian dari ekonomi politik karena sebab akibat, keterhubungan korelatif, dan linkages dalam proses interdisipliner filsafat dasarnya, yang kelak berhubungan dengan dunia idioligismenya dan dunia tindakan.
Pendekatan ekonomi menurut Y King (dalam Ikbar, 2007: 2) ialah sebagai alat analisis yang menitikberatkan kepada kekuasaan politik sebagai variabel dominan. Pengamatannya banyak tertuju pada segi-segi politik yang mengubah aspek-aspek ekonomi (Prisma, No. 3, 1989). Pandangan ini berbeda dengan mahzab sosialis di mana mereka secara agresif menempatkan pendekatan ekonomi politik berupa neo-political economy, yang alat analisisnya (salah satu makna pendekatan) mengaplikasikan asumsi-asumsi bahasa maupun logika ekonomi politik neo-klasic kedalam seluruh rentangan pembuatan keputusan publik maupun private. penganut faham ini umumnya menganggap politik bukan sebagai sebab, tetapi akibat proses produksi, dan lebih jauh lagi pusat perhatiannya diarahkan pada pertentangan kelas-kelas masyarakat.
Saat ini orang-orang penstudi ekonomi politik sudah mulai menemukan identitas terpenting dalam studi ini, yaitu adanya dua bidang tema hubungan yang saling mempengaruhi, melengkapi atau saling berkaitan dan bahkan dikaitkan antara suatu keadaan, kejadian, peristiwa, gejala ataupun fenomena kehidupan dalam dunia ‘economestrics’ dan dunia ‘politics’, baik hubungan yang bersifat kausal, korelasional, dan perkaitan atau linkages serta inter-linkages yang erat dengan model deterministik. Sebagaimana Staniland ( dalam Ikbar, 2007: 3) menyebutkan:
bagaimana politik menentukan aspek-aspek ekonomi dan bagaimana ekonomi menentukan proses-proses politik (Staniland: 5) atau pandangan yang mengambil model interaktif yang secara fungsional membedakan dunia ekonomi dan politik tetapi keduanya mempunyai pengaruh reciprocal”

kedua bidang ekonomi dan politik (Ikbar, 2007: 3-4) dimaksud, secara explanatory dan normative sesungguhnya saling komplementasi, tergantung kepada keperluan mana ia ditempatkan, ia berhubungan satu dengan lainnya dalam upaya menjelaskan bagaimana hubungan antara bidang ekonomi dan bidang politik berproses serta dapat berkaitan melalui pengaruh yang bersifat timbal balik, misalnya pada filsafat dasar kausalitas; mana yang sebab dan mana yang akibat. Sisi yang paling dominan akan ditentukan oleh situasi dan kondisi yang berlaku, bisa saja proses politik lebih dominan dibandingkan aspek-aspek ekonomi, atau sebaliknya. Adakalanya orang berpikir lebih aman jika menempatkan hubungan determinasi ekonomi dan politik dalam perilaku korelasional karena menganggap hubungan yang terjadi di antara keduanya diidentifikasikan berdasarkan ketidaklangsungan variabel (akibat berbagai faktor X atau lainnya diluarnya), dan akhirnya ditarik suatu kesimpulan, atau bahkan hubungan yang tidak bersangkut paut sama sekali, namun dicobakaitkan satu sama lain untuk ditarik kesimpulan adanya hubungan faktor politik dan faktor ekonomi. Secara logika dapat dicontohkan hubungan tersebut sebagaimana pernyataan:
1)      Kemarau panjang tanah menjadi kering (kausalitas)
2)      Kemarau panjang menimbulkan kelaparan (korelasional)
3)      Kemarau panjang dan maraknya kejahatan (perkaitan/linkages)
Ekonomi politik menurut Ikbar (2007: 4-5) secara teoritikal tidak dapat dikaji secara sendiri-sendri dalam arti ada bidang ekonomi secara terpisah dan ada bidang politik secara terpisah juga. Pemisahan dunia ekonomi dan politik kini sudah mulai dipadukan melalui sejumlah konsep dan teori ekonomi politi yang dialektika, deterministik, dan interaktif dengan kecenderungan aktor-aktor ekonomi yang harus mencermati aspek-aspek politik. Demikian juga sebaliknya, politik harus memberi perhatian kepada berbagai aspek ekonomi secara timabal-balik. Gilpin (1987) memberi idea-idea dengan membuka sejumlah pertanyaan untuk mencari tahu konsep-konsep ekonomi politik:
“bagaimana negara dan proses politik yang terkait di dalamnya mempengaruhi produksi dan distribusi kekayaan, bagaimana keputusan-keputusan politik dan kepentingan-kepentingan yang ada mempengaruhi lokasi aktivitas ekonomi tersebut, dan dengan cara apa sebaliknya, serta bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi mempengaruhi penyebaran leluasaan dan kemakmuran diantara aktor-aktor politik dan di antara negara-negara. Akhirnya, bagaimana kekuatan-kekuatan ekonomi tersebut mengubah distribusi politik dan militer para peringkat internasional”.

Ekonomi politik menurut Ikbar (2007: 7-8) dapat diidentifikasikan dari beberapa pokok perhatian diantaranya adalah sebagai suatu kajian daripada berbagai peristiwa, fakta, fenomena, dan gejala yang ditimbulkan oleh efek kebijaksanaan (policy/strategi) pemerintah dalam berbagai aspek yang langsung berkaitan dengan proses hubungan dimensi antara negara, rakyat, dan lingkungan hidupnya. Sedangkan batasan-batasan dalam proses pembentukan teori ekonomi politik diantaranya adalah: pertama teori-teori parsimoni[1] dapat merupakan kekuatan yang eksplanatif, namun bersifat terbatas yang dapat digunakan sebagai titik awal suatu penelitian. Kedua  teori-teori siklus historis dan perubahan historis (termasuk pemahaman tentang tingkah laku manusia/behavoral) yang membatasi bidang generalisasi hukum empirik dan historis.
Lebih lanjutnya, Staniland dalam Ikbar (2007: 8) menyebutkan dengan sederhana tentang pembangunan subsequent yang dijelaskanya sebagai berikut:
1)      Ortodox liberalism, cenderung melakukan analisis dan normatif individu (khususnya sikap dan kepentingan) masyarakat sebagai suatu agregasi atau suatu hasil pencarian kepentingan individu, negara sebagai agen untuk mengikuti kepentingan individu.
2)      Kritik sosial dari liberalisme menyerang asumsi liberal yang secara individu ada dan melakukan isolasi, yang kemudian kembali bereaksi melaui penegasan bahwa “masyarakat” membentuk tingkah laku individu. Secara metodelogi kolekivisme, ia merupakan suatu jaraj menentang terhadap individualisme. Bentuk permintaan dari penjelasan sosial lebih jauh dipilah dalam garis perbedaan yang dierima oleh masyarakat dan nefara berupa:
a.       Economism,  yang menyatakan (sebagaimana yang dilakukan liberal) bahwa proses politik merupakan suatu hasil dari proses bukan politik, tetapi liberal melihat proses politik sebagai suatu hasil dari interaksi antara tekanan sosial. Tekanan tersebut (diperkirakan sebagaimana halnya marxisme) menjadi kelas-kelas, atau seperti dalam teori prulalistic dengan kelompok-kelompok kepentingan. Namun demikian, dalam kedua kasus peluang kedua negara atau lainnya yang lebih spesifik, struktur politik tersusun, dan bereaksi untuk menunjukan kepentingan mereka sendiri yang diperluas.
b.      Politicsm, yang menyatakan bahwa struktur politik dapat membangun kepentingan mereka sendiri dan dapat mengganggu kepentingan mereka tersebut pada kepentingan ekonomi spesifik, “rasionalitas politik” (untuk menggunakan formulasi lain) dapat berlaku atas rasionalitas ekonomi: “power” dilihat sebagai fundamen untuk pembentukan sistem ekonomi.
Proses timbal balik ekonomi dan politik menurut Ikbar (2007: 10-11) paling tidak dipengaruhi oleh tiga unsur penting, tentang cara di mana faktor politik mempengaruhi hasil ekonomi, yaitu:
1)      Sistem politik membentuk sistem ekonomi, karena struktur dan kerja sistem ekonomi internasional (dalam arti luas) ditentukan pula oleh struktur dan kerja sistem politik internasional
2)      Pandangan-pandangan politik seringkali membentuk kebijakan ekonomi, oleh sebab kebijakan ekonomi pada umumnya didikte oleh kepentingan-kepentingan politik
3)      Hubungan ekonomi internasional itu sendiri merupakan hubungan politik, karena interaksi ekonomi internasional seperti interaksi politik internasional, merupakan proses dimana aktor negara dan bukan negara melakukan dan atau mengalami:
a)      Mengatasi konflik atau kegagalan mengatasi konflik
b)      Bekerjasama atau mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan bersama.
Sementara itu hubungan atau subordinasi antara pemerintah dan pasar akan saling mempengaruhi, hal tersebut menurut Lindblom dalam Ikbar (2007:13) akan menghasilkan suatu bentuk figur dominasi dari salah satunya. Dasar dari ekonomi politik tersebut adalah pasar, kekuasaan negara, dan persuasi. Secara teoritis dikemukakan hubungan antara negara, pengelasan, dan hubungan ekonomi dalam tiga bentuk:
1)      Negara memiliki kekuatan yang mengatur dan mengontrol dinamika sosial
2)      Merupakan kebalikan dari konsep diatas (1) dimana negara adalah alat kaum elit yang menjalankan kepentingan dari kelas sosial yang mendominasi
3)      Negara di pandang sebagai bagian dari suatu kompleks proses sosial, politik dan ekonomi dimana didalamnya terkandung gabungan antara proses-proses kenegaraan dan proses dalam kelas sosial. Proses negara dan kelas sosial bertemu dalam suatu titik berupa aktivitas produksi dan distribusi.
Sumber Ikbar, Yanuar. 2007. Ekonomi politik internasional 2 implementasi konsep dan teori. Refika Aditama: Bandung









[1]Pada teori yang bersifat parsimoni  menurut Ikbar (2007:7) dapat diamati berupa proses memproyeksikan berbagai teori untuk dapat menjelaskan atau bahkan memprediksikan sesuatu realitas umum (general) dari realitas yang khusus. Disini terkandung sejumlah variabel dari berbagai kemungkinan dengan bagiannya yang kecil-kecil pula, sehingga dapat untuk menjelaskan segala bentuk interaksi dalam ekonomi politik. Contohnya para aktor pembuat keputusan meyakini penuh adanya implikasi kebijaksanaan pemerintah negara yang memfokuskan keuntungan komparatif berdasarkan teori general yang dikembangkan oleh David Ricardo untuk melihat gejala kekhususannya. 

PANCASILA DAN BERBAGAI DEFINISI

Review Buku Kaelani klik link dibawah ini  https://docs.google.com/document/d/142IaPq55EThm5V0yfzz-dE0drDFMDc2Lfn9UcIib330/edit?usp=sh...