Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sastra. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Maret 2016

Samagaha

samagaha
pagi mentari tak sendiri
menyinari bumi bersama sang dewi
dan menuju
siang terang mentari berenang
menyelam di kedalaman rembulan
tenggelam dalam umbra kelam
redup dalam gulita gelap
sang batara kala mengaum menerkam sang surya
sekejap sangat kelam silam
fijar memancar
layaknya kilatan  resih batara guru
menebas tirta kamandhanu
mencerai sukma dalam raga
meninggalkan kepala keabadian
pijar surya terpancar mendistorsi batarakala(144dtik)
disana di negri seribu padma
umat menyepi dalam sepi
melawati hingga ngembak geni
mengagungkan kala saka( tahun baru saka/hindu) penuh tirta amerta
disini di negri santri
umat berjamaah kusufisi syamsi
menolak murka ilahi robbi
menafakuri mentari
menyinari kembali
bumi illahi





Selasa, 09 September 2014

BUNGA OKTOBER

Bunga oktober(untk mu nana)
d antara trotoar2
d sela2pekarangan yg tngah d sempitkan.
Ku berjalan seakan tak melangkah
menahan dahaga penuh keringat.

Sejenak ku terhenti terpaku dalam langkah tak berarah
ku cari arah tanpa pandu
ku hirup hawa dg hela
ku rasa semilir angin panas tanpa arah isyarat hujan.
D sini d tempat kakiku terpaku
kuterasingkan tanpa kuasa kujabarkan
bunga oktober
d bulan mu ini
d manakah kau gerangan
apakah kau tak pernah tumbuh mekar d negri yang tak pernah ku jamah
d sini d negri tanpa arah
ku sebar serbuk2 sari berharap kau akan mekar úsai kemarau panjang.
Saat beban layaknya kemarau tak bermasa ku citakan kau menjadi pandu menyejukan mekar bersemi dg langit yg menangis membasahi bumi dg berkah yg d nanti.
Bunga oktober (nana)
ku ingin kau bersemi d gersangya hati ini.
Dan jangan pula layu meski hujan tngah usai
kau edelwish bunga dg keabadian d puncak tertingi.
Takan pernah layu dan tak mesti d punya meski hati bercita.
Foto: Bunga oktober(untk mu nana)
d antara trotoar2 
d sela2pekarangan yg tngah d sempitkan.
Ku berjalan seakan tak melangkah
menahan dahaga penuh keringat.

Sejenak ku terhenti terpaku dalam langkah tak berarah
ku cari arah tanpa pandu
ku hirup hawa dg hela
ku rasa semilir angin panas tanpa arah isyarat hujan.
D sini d tempat kakiku terpaku 
kuterasingkan tanpa kuasa kujabarkan
bunga oktober
d bulan mu ini
d manakah kau gerangan
apakah kau tak pernah tumbuh mekar d negri yang tak pernah ku jamah
d sini d negri tanpa arah
ku sebar serbuk2 sari berharap kau akan mekar úsai kemarau panjang.
Saat beban layaknya kemarau tak bermasa ku citakan kau menjadi pandu menyejukan mekar bersemi dg langit yg menangis membasahi bumi dg berkah yg d nanti.
Bunga oktober (nana)
ku ingin kau bersemi d gersangya hati ini.
Dan jangan pula layu meski hujan tngah usai
kau edelwish  bunga dg keabadian d puncak tertingi.
Takan pernah layu dan tak mesti d punya meski hati bercita.

Jumat, 05 September 2014

MEGA(ku ingin kau tatap mata ini)

Mega
layaknya awan putih nan merah yg menemani pagi.
Kau diam dingin sesaat ku sapa jari2 tangan mu yg dingin.lemas terkulai.
Ku tatap paras mu.nampak raut mimik mu menyimpan sejuta hal yang tak kunjung ku mafhum.
Mega
tahu kah kau saat ini saat pertama ku menyapa,hati ini terlalu dingin melìhat pandangan mu.
Tatapan mu.tatapan yang jauh melintasi indra ke 5.
Pndangan itu.pandngan yg slalu menjurus ke depan.sekalipun tak pernh ku menatapmu memalingkan pandangan mu thdap ku.
Mega
.ku ingin kau tatap mata ku ini.
Mata yg pnuh pertanyaan thdp tanda tanya dirimu.
Mega
bila kau menjadi lembayung kuning saat fajar menyingsing.
Mata mu masihkah akan serupa saat pagi tlah berlalu..
Kau adalah mega.
Saat pugi kau tngah menyapa sesaat mentari menembus kelopak mata.
Kau adalah mega.
Yg slalu hadir sesaat mata ini di tinggalkan mentari mencari peraduannya.
Mega ku ingin kau tatap mata ini.mata yg slalu menjurus pda mata mu yg menatap ntah kmana..
Mega .

CIKARANG 22-10-11

Diantra serakan botol dan gelas yg stia menghanyutkan semua yg terbata d pikir sesaat.
D sisa sisa tetes yang terakhir.
Ku berkata bukan pula berdusta.
Aku cinta pd mu kehidupan.
Lbih bermakna dr sisa umurku.
Kan kucurahkan pa yg kau cita.
Kan ku tumpahkan walau darah kotor penuh alkohol.
Keringat basi sisa smalam ku stngah mati bergelut dg botol botol terlaknat.

Yang ku ingat....
Serdadu serdadu pipit kecil nan cinta kehidupan terbang mengitari alam yg dulu ku benci.
Rapi dlm posisi v pipit pipit kecil mengepakan sayap terakhir sisa berburu dan diburu menjamah sarang2 penuh harap.
Jurusan mata ini menamparku,menginsyafkan betapa cintanya pd mu hidupan.
Sayap kecil nan lemah d mata ini.
Tak hentinya mengepakan kekuatan, dalam benak tersirat mulut 2 yang kelak akan sekuat yg mengenyangkan kekuatan perut.

sampah

Sampah~
Tempat sampah itu suatu saat bisa jadi sampah.sumpah aku tak membuang apa apa.tapi knpa q yang terbuang kini di buang.memikirkannya dlu aku tak pernah.memperhatikannya dlu aku tak pernah.lalu tuhan mendkatkan kami tpi dia menjadikanku tmpat sampah.chairil,bkankah ku lbih buruk dari mu.binatang jalang dari kumpulanya trbuang.chairil,bisikanlh pd tulang dan drah ku.ktika kau brdiri sbgai binatang ktika kau menggigil brslimut rindu dan kesakitan.
Apa yg kau lakukan ktika itu?
Apa yg hrus kulakukan kini!?

Krawang-bndung.relativitas pengalaman.

Di sini.
Di suatu malam.
Di lorong panjang nan kelam.ku sandarkan raga ini yg lelah bukanlah mengalah pd waktu.bengisnya menggerus keringat kerontang smpai ke tulang.
Ku sandarkan raga ini d pintu gerbong,kilatan cahaya memberkas d lorong gelap.menjelma samurai"yg tajam menusuk mata,masuk ke sukma.menggairahkan ilmu.d sini d lorong gelap cahaya.ku menjadi saksi hidup satu2nya dtemani kerimunan lalat nakal.enstien dg berani mendidikku tentang relativitas.dg lantang bliau mengpersonifikasikan.relativitas tu cahaya yg konstan.dan tawu kah kau yg lesuh bersandar d gerbong gelap.cahaya yg berklibat itu pengalaman dwaktu yg sama yg tak mesti konstan drasakan sama".akh!!tuan teorimu tak sampai pula d ilmu ku punya."
jauh pluit itu berdesis d langit biru.d hamparan hijau pesawahan.meliuk2 roda2 kreta menyusuri sungai2,indah.sayang limbahmu mengotori sungai ku investor
d sini d bantaran rel ku potret keindahan mu tuhan.slayang ku kufur pdmu dg menjelmakan mu pd keelokan kau buat.akh kau kan "mukholafatul lilhawaditsi".
D bantalan ini pula ku teteskan buih tangis.
Kemelaratan menjadi kaya d bänk/tepi sungai yg tak kuasa ku jabarkan.
Krawang_bandung alam mu menyimpan eloknya hidenparadise.
Krawang_bndung.
Alammu menyimpan sejengkal cita kaum susah.
Tobe countinue^_^

CIKARANG 13-10-11

Dalam tasbihmu.
Masih dlm tasbihmu yg kutunttut slalu.
Kutuntut langkah ini berjalan meninggalkan tasbihmu.
Aku kecil tanpa pamriih
aku hina tanpa caci.
Aku berontak tanpa daya
aku hidup tanpa arah dan tujuan
aku mati masih bernapas dg jiwa.
Dalam tasbihmu.
Masih dalam tasbihmu yg kutuntut slalu.
Kutuntut jiwa ini melangkah kembali menyatu bershap dalam banjaran kesadaran.
Aku.
Kecil
hina
berontak
hidup
mati,dan
aku d tasbihkan dalam ciptaanya.
Dalam tasbihmu.
Ku d tasbihkan menjelma diri,xg ku mafhum.
Dalam tangan ini kugenggam tentang aku.dan tanda tanya besar.
Dalam kemafhuman ku bertemu dg jawabmu yg kecil sangat.
Aku adalah diri ini.
Yg kau cipta,dalam altar yg kau tasbihkan.

PANCASILA DAN BERBAGAI DEFINISI

Review Buku Kaelani klik link dibawah ini  https://docs.google.com/document/d/142IaPq55EThm5V0yfzz-dE0drDFMDc2Lfn9UcIib330/edit?usp=sh...