Minggu, 17 Februari 2013

AKTIVIS.
(KETIKA BUKAN PILIHAN TAPI REPERNSI GROUP)



Pertanyaan pertama yang harus kita jawab adalah: Who am I? Saya telah menjawab bahwa saya adalah seorang intelektual yang tidak mengejar kuasa tapi seorang yang ingin mencanangkan kebenaran. Dan saya bersedia menghadapi ketidak-populeran, karena ada suatu yang lebih besar: kebenaran
Sejatinya apa yang di katakan soe hok gie ini benarbenar di implemntasikan mahasiswa sekarang.
kita memang bukan hidup di rezim dimana peranan militer menjadi pusat kekuatan politik dan pemerintahanya yang cenderung diktator. tetapi ada satu yang menjadi dilema kita selama ini. warisan warisan elit orde baru yang menjadi diktaor "silumanisme"dalam peranya sebagai partisipasi politik aktif di senayan sana, yang merumuskan in put dan menghasilkan out put berupa produk kebijakan pemrintah yang hanya untuk kepentingan sebuah golonagan ataupun pesanan para kolega partai mereka.
kisah hari ini seolah berita dari rendra tentang mastrodon dan kondor yang hijrah ke negeri paman sam.

"Dari pagi sampai siang, rakyat negeriku bergerak-gerak menggapai-gapai, menoleh ke kanan, menoleh ke kiri, dalam usaha tak menentu. Dari siang sampai sore, mereka menjadi onggokan sampah. Dan di malam hari, mereka terbanting di lantai dan sukmanya menjadi burung Kondor. 
Beribu-ribu burung Kondor, berjuta-juta burung Kondor, gumpalan-gumpalan awan burung Kondor, bergerak menuju ke puncak gunung yang tinggi. Dan di sana mendapat hiburan dari sepi, karena hanya sepi yang mampu menghisap dendam dan sakit hati.” 
kawan rakyat negeri kita bukan rakyat yang semestinya termiskinkan di tengah pusaran kemewahan para elite korup,lantas tidak cukupkah ini membeku dalam kemafhuman kita,atau kah kita sendiri yang terlalu manja menghadapi masa transisi ini, seolah olah masa reformasi hanya sebuah catatan prestasi yang kita ungulkan dan melupakan tugas kita mentranspormasi reformasi sebagai suatu perubahan dalam sistem ini ataukah kita menunggu kediktaoran menjadi tirani yang menggerakan kita melakukan reformasi "lanjutan"
kita memang bukan member group aktivis 98 tapi kita mesti mereferensi gruop aktivis 98 sebagai jati diri kita.
terkhir  kita mesti merenungi pesan pesan soe hoek gie ini
Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.

Suara Rendra dalam Mastodon dan Burung Kondor

OPINI | 24 January 2013 | 01:31 Dibaca: 79   Komentar: 0   1 inspiratif

1358965853618346168
foto kompas




”Dari pagi sampai siang, rakyat negeriku bergerak-gerak menggapai-gapai, menoleh ke kanan, menoleh ke kiri, dalam usaha tak menentu. Dari siang sampai sore, mereka menjadi onggokan sampah. Dan di malam hari, mereka terbanting di lantai dan sukmanya menjadi burung Kondor. Beribu-ribu burung Kondor, berjuta-juta burung Kondor, gumpalan-gumpalan awan burung Kondor, bergerak menuju ke puncak gunung yang tinggi. Dan di sana mendapat hiburan dari sepi, karena hanya sepi yang mampu menghisap dendam dan sakit hati.”
gi menjadi isu vital mahasiswa dan peranya sebagai agen of control inilah jadinya ketika justru medialah yang menjadi agen of control yang menggeser peranan mahasiswa   

Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANCASILA DAN BERBAGAI DEFINISI

Review Buku Kaelani klik link dibawah ini  https://docs.google.com/document/d/142IaPq55EThm5V0yfzz-dE0drDFMDc2Lfn9UcIib330/edit?usp=sh...