AKTIVIS.
(KETIKA BUKAN PILIHAN TAPI REPERNSI GROUP)
Sejatinya apa yang di katakan soe hok gie ini benarbenar di implemntasikan mahasiswa sekarang.
kita memang bukan hidup di rezim dimana peranan militer menjadi pusat kekuatan politik dan pemerintahanya yang cenderung diktator. tetapi ada satu yang menjadi dilema kita selama ini. warisan warisan elit orde baru yang menjadi diktaor "silumanisme"dalam peranya sebagai partisipasi politik aktif di senayan sana, yang merumuskan in put dan menghasilkan out put berupa produk kebijakan pemrintah yang hanya untuk kepentingan sebuah golonagan ataupun pesanan para kolega partai mereka.
kisah hari ini seolah berita dari rendra tentang mastrodon dan kondor yang hijrah ke negeri paman sam.
"Dari pagi sampai siang, rakyat negeriku bergerak-gerak menggapai-gapai, menoleh ke kanan, menoleh ke kiri, dalam usaha tak menentu. Dari siang sampai sore, mereka menjadi onggokan sampah. Dan di malam hari, mereka terbanting di lantai dan sukmanya menjadi burung Kondor.
Beribu-ribu
burung Kondor, berjuta-juta burung Kondor, gumpalan-gumpalan awan burung
Kondor, bergerak menuju ke puncak gunung yang tinggi. Dan di sana
mendapat hiburan dari sepi, karena hanya sepi yang mampu menghisap
dendam dan sakit hati.”
kawan rakyat negeri kita bukan rakyat yang semestinya termiskinkan di tengah pusaran kemewahan para elite korup,lantas tidak cukupkah ini membeku dalam kemafhuman kita,atau kah kita sendiri yang terlalu manja menghadapi masa transisi ini, seolah olah masa reformasi hanya sebuah catatan prestasi yang kita ungulkan dan melupakan tugas kita mentranspormasi reformasi sebagai suatu perubahan dalam sistem ini ataukah kita menunggu kediktaoran menjadi tirani yang menggerakan kita melakukan reformasi "lanjutan"
kita memang bukan member group aktivis 98 tapi kita mesti mereferensi gruop aktivis 98 sebagai jati diri kita.
terkhir kita mesti merenungi pesan pesan soe hoek gie ini
Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
kawan rakyat negeri kita bukan rakyat yang semestinya termiskinkan di tengah pusaran kemewahan para elite korup,lantas tidak cukupkah ini membeku dalam kemafhuman kita,atau kah kita sendiri yang terlalu manja menghadapi masa transisi ini, seolah olah masa reformasi hanya sebuah catatan prestasi yang kita ungulkan dan melupakan tugas kita mentranspormasi reformasi sebagai suatu perubahan dalam sistem ini ataukah kita menunggu kediktaoran menjadi tirani yang menggerakan kita melakukan reformasi "lanjutan"
kita memang bukan member group aktivis 98 tapi kita mesti mereferensi gruop aktivis 98 sebagai jati diri kita.
terkhir kita mesti merenungi pesan pesan soe hoek gie ini
Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”. Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
Suara Rendra dalam Mastodon dan Burung Kondor
OPINI | 24 January 2013 | 01:31 Dibaca: 79 Komentar: 0 1 inspiratif
”Dari
pagi sampai siang, rakyat negeriku bergerak-gerak menggapai-gapai,
menoleh ke kanan, menoleh ke kiri, dalam usaha tak menentu. Dari siang
sampai sore, mereka menjadi onggokan sampah. Dan di malam hari, mereka
terbanting di lantai dan sukmanya menjadi burung Kondor. Beribu-ribu
burung Kondor, berjuta-juta burung Kondor, gumpalan-gumpalan awan burung
Kondor, bergerak menuju ke puncak gunung yang tinggi. Dan di sana
mendapat hiburan dari sepi, karena hanya sepi yang mampu menghisap
dendam dan sakit hati.”
gi menjadi isu vital mahasiswa dan peranya sebagai agen of control inilah jadinya ketika justru medialah yang menjadi agen of control yang menggeser peranan mahasiswa
Mimpi saya yang terbesar, yang ingin saya laksanakan adalah, agar
mahasiswa Indonesia berkembang menjadi “manusia-manusia yang biasa”.
Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai
seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak
mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai
seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
- Saya ingin melihat mahasiswa-mahasiswa, jika sekiranya ia mengambil keputusan yang mempunyai arti politis, walau bagaimana kecilnya, selalu didasarkan atas prinsip-prinsip yang dewasa. Mereka yang berani menyatakan benar sebagai kebenaran, dan salah sebagai kesalahan. Dan tidak menerapkan kebenaran atas dasar agama, ormas, atau golongan apapun.
- Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditekan, tetapi menindas kalau berkuasa. Mementingkan golongan, ormas, teman seideologi dan lain-lain. Setiap tahun datang adik-adik saya dari sekolah menengah. Mereka akan jadi korban-korban baru untuk ditipu oleh tokoh-tokoh mahasiswa semacam tadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar