eston dalam pendekatan politik dan sistem
Menurut David Easton, sistem politik adalah keseluruhan interaksi
yang mengakibatkan terjadinya pembagian yang diharuskan dari nilai-nilai bagi suatu masyarakat .
Upaya membangun ilmu politik yang sistematis diantaranya dilakukan
oleh David Easton. Terdapat 2 tahap menurut David Easton, yaitu :
1. Easton dalam The Political
System (1953)
Dalam The
Political System, Easton menyatakan 4 asumsi mengenai perlunya suatu bangunan
pemikiran yang bersifat umum dalam mengkaji suatu sistem politik :
a. Asumsi 1
Ilmu pengetahuan memerlukan suatu konstruksi yang sistematis untuk
mensistematisasikan fakta- fakta yang ditemukan.
b. Asumsi 2
Para pengkaji kehidupan politik harus memandang sistem politik sebagai
keseluruhan, bukan parsial.
c. Asumsi 3 Riset sistem politik terdiri atas dua
jenis data: data psikologis dan data situasional. Data psikologis terdiri atas
karakteristik personal serta motivasi para partisipan politik. Data situasional
terdiri atas semua aktivitas yang muncul akibat pengaruh lingkungan.
d. Asumsi 4
Sistem politik harus dianggap berada dalam suatu ketidakseimbangan.
Perbedaan
satu sistem politik dengan sistem politik lainnya dapat dipisahkan melalui tiga
dimensi:
a. Polity
diambil dari dimensi formal politik, yaitu struktur dari norma, bagaimana
prosedur mengatur institusi mana yang semestinya ada dalam politik.
b. Politic dari
dimensi prosedural lebih mengarah pada proses membuat keputusan, mengatasi konflik,
dan mewujudkan tujuan dan kepentingan.
c. Policy
sebagai dimensi politik, melihat substansi dan cara pemecahan masalah berikut
pemenuhan tugas yang dicapai melalui sistem administrasi, menghasilkan
keputusan yang mengikat bagi semua.
Easton juga
menggariskan 4 atribut yang perlu diperhatikan dalam mengkaji sistem politik :
a. Unit-unit
dan batasan-batasan suatu sistem politik Di dalam kerangka kerja suatu sistem
politik, terdapat unit-unit yang satu sama lain saling berkaitan dan saling
bekerja sama untuk mengerakkan roda kerja sistem politik. Unit-unit ini adalah
lembaga-lembaga yang sifatnya otoritatif untuk menjalankan sistem politik
seperti legislatif, eksekutif, yudikatif, partai politik, lembaga masyarakat
sipil, dan sejenisnya.
b. Input-output
Input merupakan masukan dari masyarakat ke dalam sistem politik. Input yang
masuk dari masyarakat ke dalam sistem politik berupa tuntutan dan dukungan.
Output adalah hasil kerja sistem politik yang berasal baik dari tuntutan maupun
dukungan masyarakat. Output terbagi dua yaitu keputusan dan tindakan yang
biasanya dilakukan oleh pemerintah.
c. Diferensiasi
dalam sistem Sistem yang baik harus memiliki diferensiasi kerja. Di masa modern
tidak mungkin satu lembaga dapat menyelesaikan seluruh masalah. Misalkan saja
dalam pembuatan undang-undang pemilihan umum di Indonesia, tidak bisa cukup
Komisi Pemilihan Umum saja yang merancang kemudian mengesahkan. DPR, KPU,
lembaga kepresidenan, partai politik dan masyarakat umum dilibatkan dalam
pembuatan undang-undangnya. Meskipun bertujuan sama yaitu memproduksi
undang-undang partai politik, lembaga-lembaga tersebut memiliki perbedaan di
dalam fungsi pekerjaannya.
d. Integrasi
dalam sistem Integrasi adalah keterpaduan kerja antar unit yang berbeda untuk
mencapai tujuan bersama. Undang- undang Pemilihan Umum tidak akan diputuskan
serta ditindaklanjuti jika tidak ada kerja yang terintegrasi antara DPR,
Kepresidenan, KPU, Partai Politik dan elemen-elemen masyarakat.
Teori Easton
berisi pernyataan tentang apa yang membuat sistem politik beradaptasi,
bertahan, bereproduksi, dan berubah. Hasil karya pemikiran Easton mengenai
model sistem politik dapat ditemukan di tiga volume buku yaitu:
ü “The
Political System” (1964);
ü “A Framework
for Political Analysis” (1965);
ü yang paling
penting adalah “A Systems Analysis of Political Life” (1979).
ü
2. David Easton dalam A Framework for Political
Analysis (1965)
Dalam tahap
ke-2 bangunan teori sistem politik ini, Easton berusaha untuk lebih mendekatkan
teorinya dengan dunia empiris. Dalam tahap ini Easton kembali melakukan
penegasan atas hal-hal berikut :
a. Masyarakat
terdiri atas seluruh sistem-sistem dan bersifat terbuka.
b. Sistem
politik adalah : Seperangkat interaksi yang diabstraksikan dari totalitas
perilaku sosial, dimana nilai- nilai dialokasikan ke dalam masyarakat secara
otoritatif.
c. Lingkungan
terdiri atas intrasocietal dan exstrasocietal. Lingkungan intrasocietal bagian
dari lingkungan fisik serta sosial yang terletak di luar batasan sistem politik
tetapi masih di dalam masyarakat yang sama. Lingkungan extrasocietal adalah
bagian dari lingkungan fisik serta sosial yang terletak “di luar” batasan
sistem politik dan masyarakat tempat sistem politik berada.
David Easton mengemukakan bahwa bagian-bagian suatu sistem tidak
dapat berdiri sendiri-sendiri melainkan saling berkaitan satu sama lain, dengan
kata lain berfungsinya satu bagian tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa
memperhatikan fungsi-fungsi keseluruhan bagian itu sendiri. Sifat saling
katerkaitan secara sistematis menggambarkan bahwa semua kegiatan yang terjadi
dapat mempengaruhi tingkah laku dan pelaksanaan keputusan-keputusan otoritatif
dalam masyarakat. Hal ini menandakan bahwa kehidupan politik merupakan suatu
sistem kegiatan.
Adanya anggapan bahwa sistem politik merupakan unit tersendiri, maka hal-hal yang mempengaruhi kerja sistem tersebut adalah berbagai macam input yang nantinya diubah menjadi output dalam suatu rangkaian proses. Outpu-output yang dihasilkan dapat memberikan pengaruh terhadap sistem itu sendiri maupun terhadap klingkungan dimana sstem tersebut berada.
Adanya anggapan bahwa sistem politik merupakan unit tersendiri, maka hal-hal yang mempengaruhi kerja sistem tersebut adalah berbagai macam input yang nantinya diubah menjadi output dalam suatu rangkaian proses. Outpu-output yang dihasilkan dapat memberikan pengaruh terhadap sistem itu sendiri maupun terhadap klingkungan dimana sstem tersebut berada.
Lebih lanjut Easton menjelaskan bahwa sistem memiliki ciri-ciri
tertentu, antara lain:
1. Ciri-ciri
identifikasi, hal ini merupakan pembeda sistem politik dengan sistem-sistem
lainnya.
a. Unit-unit
sistem politik. Unit-unit adalah unsur yang membentuk sistem politik yang
berwujud pada tindakan-tindakan politik.
b. Perbatasan.
Suatu sistem selalu berada dalam atau dikelilingi oleh lingkungan yang berupa
sistem-sistem lain. Cara berfungsinya sustu sistem sebagian merupakan
perwujudan dari upayanya menanggapi keseluruhan lingkungan sosial, biologis,
dan fisiknya. Sedangkan yang termasuk dalam suatu sistem politik adalah semua
tindakan yang berkaitan dengan pembuatan keputusan-keputusan yang mengikat
masyarakat dan setiap tindakan sosial yang tidak mengandung ciri-ciri tersebut
dipandang sebagai variabel eksternal di dalam lingkungan sistem tersebut.
2. Input dan
output.
Sistem politik memiliki konsekuensi-konsekuensi yang penting bagi
masyarakat yang berwujud pada keputusan-keputusan otoritatif. Keputusan ini
merupakan output dari sistem politik. Di lain sisi, untuk menjamin bekerjanya
suatu sistem diperlukan input. Tanpa input sistem tidaka akan dapat berfungsi
dan tanpa output tidaka akan dapat mengidentifikasi suatu pekerjaan yang
dikerjakan oleh sistem tersebut.
Sebagian besar perunbahan-perubahan penting dalam suatu sistem politik berasal dari perubahan-perubahan lingkungan eksternalnya. Untuk itu agar suatu sistem dapat bertahan, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya angggota-anggotamya untuk menanggapi lingkungan yang selalu berubah.
Sebagian besar perunbahan-perubahan penting dalam suatu sistem politik berasal dari perubahan-perubahan lingkungan eksternalnya. Untuk itu agar suatu sistem dapat bertahan, ia harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa apa yang terjadi dalam suatu sistem merupakan akibat dari upaya angggota-anggotamya untuk menanggapi lingkungan yang selalu berubah.
3. Diferensiasi
dalam suatu sistem.
Dalam suatu
struktur sistem politik dikenal diferensiasi minimal karena suatu sistem
bekerja menjalankan berbagai macam pekerjaan dalam waktu yang terbatas.
4. Integrasi
dalam suatu sistem
Dengan
adanya diferensiasi struktural dalam menangani berbagai macam pekerjaan yang
selalu berubah terkadang dapat menimbulkan potensi disintegrasi sistem itu
sendiri. Oleh karena itu jika suatu sistem ingin mempertahankan dirinya, sistem
tersebut harus memiliki mekanisme yang dapat mengintegrasikan atau memaksa
anggota-anggotanya untuk dapat bekerjasama walaupun seminimal mungkin sehingga
mereka dapat menghasilkan keputusan-keputusan otoritatif.
Easton juga
membagi pokok-pokok input sistem politik dalam dua dua jenis, yaitu:
1. Tuntutan.
Tuntutan dapat timbul baik dari dalam lingkungan sistem itu
sendiri (tuntutan internal) maupun dari luar lingkungan sistem
tersebut(tuntutan eksternal). Perbedaan keduanya terletak pada akibat yang
ditimbulkannya terhadap sustu sistem politik, apakah langsung atau tidak
langsung. Dikenal juga adanya “withinput” yakni tuntutan yang berasal dari
dalam sistem politik itu sendiri (dari orang-orang yang berperan dalam
politik).
Tidak semua tuntutan dapat berkembang menjadi issue politik.
Sedangkan yang dimaksud dengan issue adalah suatu tuntutan yang oleh
anggota-anggota masyarakat ditanggapi dan dianggap sebagai hal yang penting
untuk dibahas melalui saluran-saluran yang diakui oleh sistem tersebut. Jadi
tuntutan dapat dapat menjadi issue jika menimbulkan sejumlah masalah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses perkembangan tuntutan
menjadi issue, antara lain; posisi opnion leader dan pendukungnya dalam
struktur kekuasaan suatu masyarakat, kerahasiaan atau keterbukaankah yang
dipakai dalam mengajukan tuntutan, waktu, pengetahuan berpolitik, pengusaan
saluran komunikasi, sikap dan suasana masyarakat, dan gambaran yang dimiliki
oleh opinion leader mengenai tuntutan dan cara kerja suatu sistem.
2. Dukungan
Dukungan merupakan kekuatan dalam bentuk tindakan-tindakan atau
pandangan-pandangan yang dapat memajukan atau merintangi bekerjanya suatu
sistem politik. Sikap dukungan dapat berwujud tindakan-tindakan yang mendorong
pencapaian tujuan, kepentingan, dan tindakan orang lain serta dapat berwujud
batiniah dengan pandangan-pandangan maupun pikiran sebagai bentuk kesediaan
untuk bertindak demi orang lain.
Sasaran-sasaran politik dalam memperluas dukungan dalam suatu
sistem politik meliputi :
a. Wilayah
dukungan, meliputi komunitas, rejim, dan pemerintah.
b. Kuantitas
dan ruang lingkup dukungan. Situasi aktual dalam suatu permasalahan dapat
menentukan jumlah dan ruang lingkup yang dibutuhkan oleh dukungan tersebut.
Mekanisme dukungan dapat berupa:
Mekanisme dukungan dapat berupa:
a. Outpu-output.
Output dalam suatu sistem politik berwujud dalam keputusan atau kebiaksanaan politik.
Oleh karena itu, salah satu upaya agar ikatan antara pendukung suatu sistem
kuat adalah dengan menciptakan keputusna-keputusan yang dapat memenuhi tuntutan
dari para anggotanya. Dengan adanya output tertentu yang dihasilkan, dukungan
yang akan timbul dapat berupa dukungan positif maupun ngative (ancaman).
b. Politisasi.
Politisasi lebih dimaksudkan pada proses sosialisai politik. Politisasi
merupakan cara-cara dimana anggota masyarakat mempelajari pola-pola politik
yang memiliki tujuan selaras dengan masyarakat dan dianggap bermanfaat. Proses
pembelajaran politisasi bagi individu tidak akan pernah berhenti seiring dengan
waktu. Dalam tingkatannya yang paling umum, proses politisasi ini dapat berupa
pemberian ganjaran atau hukuman bagi mereka yang tidak mematuhi aturan. Sarana
yang dipakai dalam mengkomunikasikan tujuan-tujuan dan norma-norma pada
masyrakat cenderung berulang-ulang seperti penanaman mithos, doktrin dan
filsafat tertentu, dsb. Oleh karena itu, politisasi secara efektif dapat
membentuk suau ukuran legitimasi diciptakan atau dowariskannya antar generasi
dalam suatu sistem politik.
Analisa Sistem Politik David
Easton
Menurut
Easton sebagaimana teori sistem pada umumnya bahwa sistem politik tidak bisa
steril dari pangaruh yang menggangu berjalannya sistem politik tersebut,
gangguan itu datangnya bisa dari dalam atau dari luar sistem politik. Dalam bukunya Easton menjelaskan bagaimana sebuah sistem politik bisa bertahan
atau tidak bisa bertahan, ketika menghadapi pengaruh, gangunan dan tekanan,
sehingga keberlangsungan alokasi nilai-nilai otoritatif dari sistem politik
dapat terus berjalan atau berhenti sama sekali.
Bagi Easton
sumber tekanan yang mempengaruhi berkerjanya sebuah sistem politik tidak harus
berupa tekanan-tekanan politik yang besifat dramatis seperti revolusi sosial,
perang atau bencana alam, tapi terkadang sumber tekanan tersebut muncul dari
kehidupan politik yang terjadi setiap hari yang bekerja secara konstan. Tekanan
terhadap sistem politik akhirnya bisa menimbulkan berbagai ketegangan-
ketegangan, dari adanya ketegangan yang muncul, sistem politik dituntut harus
bisa bertahan dengan cara menyakinkan para anggotanya (masyarakat) untuk tetap
terikat terdapat alokasi nilai-nilai otoritatif. Seperti yang sudah diterangkan
diatas tentang adanya tekanan yang dapat mempengaruhi bekerjanya sistem
politik, Easton menjelaskan bahwa tekanan itu bisa datang dari dua arah, yaitu
tekanan yang datang dari dalam dan tekanan yang datang dari luar sistem
politik. Tekanan dari dalam ialah tekanan yang muncul dari adanya
hubungan-hubungan yang saling kontradiktif antar anggota sistem politik, dengan
adanya kontradiksi tersebut otomatis jalanya sistem politik bisa terganggu dan
apabila dibiarkan berlarut-larut bisa mengancam stabilitas sistem politik yang
sudah berjalan, menurut Easton dalam sistem politik yang sudah mapan,
penyelesaian kontradiksi sudah diatur dalam mekanisme menajemen konflik, tapi
apabila mekanisme tersebut tidak bisa mencari solusi dari pertentangan yang
ada, kekerasan dengan alat pemaksa dari sistem politik tidak bisa dihindarkan,
karena menurut Easton sistem politik mempunyai kekuasaan yang legal sebagai
alat pemaksa untuk menjaga alokasi nilai otoritatif untuk para anggotanya.
Biasanya di
negara-negara otoriter dengan adanya alat pemaksa, dengan pemberian sanksi
berupa kekerasan fisik, menjadi alat legalitas untuk menghentikan kontradiksi
antara pihak posisi dengan pemerintah di dalam sistem politiknya, mekanisme
pendekatan dialogis seperti yang dilakukan oleh negara-negara yang demokrasinya
sudah maju cenderung tidak digunakan, pendekatan dengan kekerasan fisik menjadi
pilihan untuk menjaga keberlangsungan sistem politik dinegaranya. Sedangkan
tekanan dari luar menurut Easton merupakan pengaruh- pengaruh dari
lingkunganya, sistem politik bisa mengalami kejatuhan secara keseluruhan,
apabila anggota masyarakat tidak bisa menyelesaikan kemelut yang luar biasa
dalam sistem politik.
Menurut
Easton pengaruh dari adanya tekanan terhadap sistem politik mengakibatkan
sistem politik menjadi terbagi pada dua hal.
1.
Pertama, sistem politik tersebut telah
berubah, tapi terus berlangsung dengan wajah yang lain,
2.
Kedua, sistem politik tersebut lenyap sama
sekali. Sistem politik telah berubah ialah sistem politik tersebut menunjukan
keterlangsungan walupun telah mengalami perubahan, sedangkan yang kedua, sistem
politik itu dikatakan lenyap sama sekali, apabila sistem politik tersebut telah
hilang sama sekali serta alokasi nilai otoritatif tidak bisa ladi dihasilkan
oleh sistem tersebut.
Dengan
adanya fenomena berubah dan lenyapnya sistem politik, akibat pengaruh serta
tekanan (internal dan eksternal), Easton menyimpulkan bahwa sistem politik
tidaklah mungkin dapat menghindari atau mengisolasi dari pengaruh dan tekanan
dari dalam serta luar dirinya, walaupun ada beberapa sistem politik dalam
jangka waktu tertentu mampu stabil dari berbagai pengaruh dan tekanan, tapi
menurutnya dalam tingkat tertentu sistem politik tersebut tidak akan mampu
menghindari dari kerusakan-kerusakan akibat perubahan-perubahan internal maupun
eksternalnya. Intinya menurut Easton dalam sebuah sistem politik, jika sistem
itu ingin terus berlanjut (hidup) maka ia harus bisa berubah dan beradaptasi
dengan fluktuasi lingkunganya. Sebuah sistem politik tidak bisa terus berupaya
menutup diri dan berusaha meminimalisir kontradiksi didalamnya apalagi jalan
dengan kekerasan.
Easton
menjelaskan bahwa berbagai pengaruh serta tekanan yang mendekat pada suatu
sistem politik baik itu yang berasal dari lingkungan dan di dalam sistem itu
sendiri, akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup sistem tersebut,
semua perubahan sosial menurutnya terjadi karena adanya faktor internal serta
eskternal yang berinteraksi denganya. Tapi yang menarik kemudian apa yang
ditulisnya bahwa perubahan dalam sistem tradisional tersebut mampu menyerap
tuntutan, tekanan dan pengaruh diluar sistemnya, untuk kemudian sepenuhnya
diakomodir ke dalam sistem politiknya, karena menurutnya tahapan dari
masyarakat yang menganut nilai-nilai tradisional ke nilai-nilai yang lebih
maju, mengharuskan adanya proses pergantian total nilai-nilai yang dianut.
Sehingga tidak jarang sistem kesukuan yang kuno akan terhenti perkembanganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar