POLITISI DAN BANGSAWAN dalam garis pembeda
Perbincangan
antara politisi dan negarawan seolah tak ada habisnya. Melihat kondisi
Indonesia saat ini yang miskin akan negarawan. Fenomena ini diperparah dengan
wajah politik Indonesia sekarang yang amunisinya hanya mengandalkan uang. Politik
di Indonesia memang telah berkembang sedemikian rupa menjadi sekedar
pertandingan untuk mempertahankan maupun merebut kekuasaan. Kekuasaan telah
menjadi "makanan" yang diperebutkan. Dan tidak ada yang lebih penting
dalam politik selain hanya menjadi pemenangnya.
Apa perbedaan antara politisi
dan negarawan? Banyak pakar yang berbicara tentang hal ini. Salah satunya
adalah Ahmad Fuadi yang mengutip kata-kata “inspiring” dari seorang filsuf Amerika
Serikat. “Seorang politisi selalu berpikir tentang pemilu selanjutnya,
sementara seorang negarawan selalu berpikir tentang generasi berikutnya,”
katanya. Penulis buku Negeri Lima Menara ini juga mengatakan, “Seorang politisi
selalu berpikir tentang kesuksesan partai, sementara seorang negarawan selalu
berpikir untuk kesuksesan negara. Dari kutipan
tersebut cukup jelas, menggambarkan sebuah dikotomi antara negarawan dan
politisi, namun kita tetap tidak boleh salah kaprah dengan menelan kutipan
tersebut mentah-mentah.
Yang dimaksud dengan negarawan adalah sosok yang
merindukan generasi berikutnya. Ialah bukan sekedar generasi yang hadir melalui
kelahiran (natality), lalu menambah populasi dan membantu
peningkatan kepadatan penduduk. Bukan yang kehadirannya sekedar beriringan
dengan kepergian generasi-generasi terdahulu (mortality). Negarawan
adalah sosok yang menaruh harapan besar pada kemutakhiran generasi-generasi
masa depan yang lebih berkualitas. Generasi baru yang menggantikan
generasi-generasi terdahulu yang pantas untuk tergantikan berkat usaha dari
seorang negarawan. Walaupun bisa jadi negarawan yang menumbuhkan generasi baru
tersebut adalah bagian dari generasi-generasi terdahulu. Namun, semakin seorang
negarawan tergantikan dengan generasi yang lebih baik pada masa selanjutnya,
maka semakin nyata lah impiannya. Semakin nyata pula indikasi keberhasilan
negarawan tersebut menumbuhkan generasi yang memberdayakan dan menumbuhkan
generasi-generasi negarawan pada masa-masa berikutnya.
Lalu
bagaimana dengan politisi? “Politisi adalah orang yang merindukan pemilu
berikutnya”. Memang kutipan James Freeman
Clarke tersebut terkesan sangat skeptis terhadap pelaku dan praktisi politik.
Namun berdasar pada kutipan Lord Acton yang mengatakan “Power tends corrupt,
but absolute power corrupts Absolutely”. Dan mental dasar manusia behaviorally memang
mengidamkan dan mengejar jabatan.
Secara umum ciri khas seorang
negarawan sebagai berikut:
a.
Memiliki kemampuan yang sangat
cemerlang dan jeli, lebih merupakan bakat terpadu dengan keberanian melawan
arus dan bertekad melakukan perubahan dan pembaruan struktural,
b.
Berusaha memasuki hal- hal
yang total baru, memilih menjadi pelopor atau pionir,
c.
Karena yang dikemukakan adalah
yang total baru, maka konsep yang dikemukakan menjadi mengejutkan dan meragukan
pihak- pihak yang masih berfikir dalam pola lama,
d.
Mampu menawarkan solusi yang
tuntas, mampu menawarkan reformasi total yang positif dan konstruktif, mampu
manawarkan revolusi yang konstruktif, mampu menawarkan konsep dan aksi
menghentikan krisis besar yang melanda satu bangsa atau beberapa bangsa,
e.
Mampu menawarkan harapan dan
peluang nyata, mampu membangun harga diri yang nyata dan bernilai tinggi,
f.
Berani menghadapi resiko
bertentangan dengan rezim dan atau kekuatan yang berkuasa.
Sedangkan ciri khas seorang
politisi diantaranya:
a.
Kemampuan normal, maksimal
mendekati cemerlang, tidak dalam posisi melawan arus, tidak berani mempelopori
perubahan dan pembaharuan struktural,
b.
Terpaku pada hal- hal rutin
pola lama,
c.
Konsep yang dikemukakan adalah
hal- hal lama yang telah berlangsung,
d.
Yang ditangani adalah hal- hal
biasa, aksinya tidak menghasilkan reformasi terutama tidak revolusioner, dan
total tidak menghentikan krisis, dan pasti mengecewakan masyarakat luas,
e.
Terbatas menawarkan jargon dan
retorika yang tidak berguna,
f.
Tidak berani menghadapi resiko
bertentangan dengan kekuatan yang berkuasa.
Demikian ciri
khas seorang negarawan dan politisi. Tentu terlihat sangat jelas dengan melihat
kondisi Indonesia sekarang bahwa masih adakah negarawan sejati di negara ini?
Yang nampak hanyalah para politisi yang lahir dari dunia pendidikan tapi
berperilaku layaknya orang- orang tak terdidik.Tidak heran kalau banyak yang mengatakan, krisis
intelektualitas amat terasa di dunia politik kita saat ini. Proses, dinamika, hingga
produk-produk politik banyak yang jauh dari semangat dan nilai intelektualitas.
Terbukti beberapa tahun belakangan ini maraknya perbincancangan tentang
merosotnya kinerja anggota DPR dalam memperjuangkan nasib rakyat, moralitas dan
rasa simpati terhadap rakyat telah berkurang dan yang ada hanyalah gaya hidup
yang mewah dan terkesan glamour sangat menonjol ditengah kesusahan rakyat dan
korupsi yang merajalela. Sebut saja kasus tentang kebiasaan bolos atau tidak
menghadiri rapat diparlemen, banyaknya anggota DPR maupun DPRD yang terjerat
kasus korupsi seperti Angelina Sondakh dan M.Nazaruddin dari partai Demokrat.
Hal ini tentu berdampak buruk pada kualitas legislasi, pengawasan dan anggaran
yang mereka lakukan di DPR selama ini. Setidaknya ada dua hal yang menjadi
penyebab: yakni sistem perekrutan yang berorientasi pada kekuasaan dan money
politik dan rendahnya tingkat pendidikan pemilih. Kedua faktor ini tentu sangat
menentukan kualitas para politisi yang akan ambil andil dalam kursi parlemen.
Indonesia pernah mengalami masa di mana dunia politik
nasional didominasi politisi-intelektual sehingga banyak melahirkan negarawan yang berjasa dalam
kemajuan negara Indonesia. Kita mengenal Bung Karno dan Bung Hatta sebagai
tokoh proklamasi kemerdekaan dengan gaya dan ciri khas kepemimpinan
masing-masing. Tidak hanya mereka, orang-orang seperti Muhammad Natsir dengan
pemikiran islamnya, Jenderal Soedirman dengan kemampuan militernya, serta
tokoh-tokoh nasional lain. Tan Malaka yang dikenal sebagai tokoh pergerakan
komunis juga telah memberikan kontribusi bagi perubahan wajah bangsa Indonesia.
Mereka dapat dikatakan sebagai negarawan karena mereka telah meletakkan
kepentingan negara di atas kepentingan diri sendiri dengan ciri khas
masing-masing.
Saat
ini Indonesia merindukan sosok negarawan seperti mereka yang berkarakter yang
mampu menjadikan bangsa Indonesia keluar dari
keterpurukan. Pemimpin yang berkarakter baik dari pemikiran ataupun pergerakan
yang dapat berkontribusi bagi bangsa Indonesia. Sosok seperti itulah yang
Indonesia perlukan. Mereka tidak hanya berpikir soal bagaimana political ataupun
electical marketing untuk memenangkan pemilu,namun mereka dengan idealismenya
terangkat sebagai tokoh bangsa yang memiliki kemampuan untuk menjadikan bangsa
Indonesia ini ke arah yang lebih baik lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar