Kamis, 17 September 2015

pesantren dan politik

PESANTREN DAN POLITIK (Pengaruh Pesantren Terhadap Perilaku Politik Santri Dan Konstelasi Politik Local ) MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Pilkada Dan Konstelasi Politik Local Oleh Yosef Nursymsi 123507022 FAKULTAS ILMU POLITIK DAN ILMU SOCIAL UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga penulis bisa menyusun makalah ini sesuai dengan yang diharapkan dan tepat pada waktunya. Penulis ucapkan terima kasih yang setulusnya kepada dosen pengampu mata kuliah pilkada dan konstelasi politik local yang telah banyak memberikan sumbangsih refernsi dan keilmuan di bidangnya. Adalah harapan penulis sekiranya penyusunan makalah ini bisa memiliki manfaat yang sebaik baiknya bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri perihal khasanah wawasan politik local yang baru. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi pemahaman akan teoritis maupun dari structural penulisan ilmiah yang semestinya,dengan lapang dada dan kebesaran hati penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan didalam penulisan makalah selanjutnya Akhir kata penulis ucapkan selamat membaca semoga bermanfaat Tasikmalaya 30 juni 2015 Penulis   DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 1 DAPTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 3 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Makalah 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Kiyai 5 B. Pandangan Islam Terhadap Politik 5 C. Bentuk Budaya Politik 5 BAB III PEMBAHASAN A. Pengaruh pesantren”kiyai” terhadap perilaku politik santri dan masyarakat 7 B. Relasi pesantren dan konstelsi politik local 9 BAB IV A. KESIMPULAN 12 B. SARAN 13 DATAR PUSTAKA   BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang paling tua dalam mengembangkan ajaran agama islam di nusantara dan memliki nilai historis terhadap gerakan social keagamaan.pada awalnya pesantren lahir dan berkembang karena danya tuntutan dari masyarakat muslim nusntara untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran,khususnya yang bersifat religius,oleh karena itu keberadaan pesantren selalu diterima dan diakui keberadaan dn eksistensinya oleh masyarakat sekitar dalam hubungan yang harmonis. Pesanren juga dipandang sebagai medium budaya kehidupan masyarakat,artinya didalam aktivitas pesantren tidak hanya sebatas mengajarkan tentang pendidikan agama akan tetapi lebih jauhnya pesantren juga memiliki fungsi untuk menanamkan nilai nilai spiritual,moral dan social kemasyarakatan sebagai bekal paa santri dalam menghadapi kehidupan bermasyarakt supaya dapat menjalankan peran sosialnya sebagai insane yang berahlak. Peran pesantren mengalami beberapa fase sejalan dengan perkembangan social culture Negara ini.pada fase pertama pra kolonialisme pesantren berperan khusus dalam mengajarkan dan menyebarkan ajaran islam ke seluruh pelosok nusantara.fase kedua masa kolonialisme,pada masa ini pesantren tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan tetapi juga menjadi basis kekuatan dalam menggalang perlawanan(power resisten)terhadap segala bentuk kolonialisme di berbagai daerah,terlebih adanya usaha misonaris yang menunggangi kolonialisme untuk menyebarkan agama Kristen(gosfel) khususnya di wilayah Indonesia timur. Fase ketiga yaitu pasca kemerdekaan NKRI,pergeseran peran pesantren pada masa ini terjadi akibat adanya dukungan dan keperayaan masyarakat terhadap eksistensi kiyai dan pesantren terutama masyarakat yang melihat sumber kekuatan dan otoritas dari pandangan kharismatik.sehingga pesantren dan kiyai di dipandang sebagai basis kekuatan politik yang mampu mengarahkan perilaku politik para santri dan masyarakat sekitarnya. Pergeseran pesantren dan kiyai sebagai basis kekuatan politik kerap kali dijadikan ajang perebutan simpati dan restu bagi para kontestan perhelatan politik,baik pada saat PILEG PILKADA maupun PILPRES.melihat dinamika peran dan fungsi pesantren yang terus berkembang terutama sebagai basis kekuatan politik local yang mampu mengarahkan prilaku politik santri dan masyarakat ini sangat menarik untuk di kaji dalam makalah yang berjudul”pesantren dan politik(peran pesantren terhadap prilaku politik santri dan konstelasi politik local). B. Rumusan masalah Mengingat begitu kompleknya peran pesantren dalam mentranspormasi nilai nilai kehidupan dan beragama,maka penulis membatasi permasalahan pesantren ini dalam spectrum politik yang dirumuskan sebagai berikut: a) Bagaimana peran pesantren “kiyai”terhadap perilaku politik santri b) Bagaimana relasi pesantren dan politik locall C. Tujuan makalah Selaras dengan rumusan masalah diatas,maka penyusunan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut: a) Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah pilkada dan konstelasi politik lokal b) Untuk mengetahui tentang peran pesantren”kiyai:terhadap perilaku politik santri. c) Untuk mengetahui tentang relasi pesantren dan politik local. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. peran kiyai hiroko korikosi(1987)bahwa”kiyai adalah perantara (intermetary force) sebagai agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat B. Pandangan islam terhadap politik Menurut Bj.bollen (1982)”ketertarikan umat islam terhadap politik bukan saja karena kemampuan partai politik dalam memperjuangkan dan membela kepentingan islam,tetapi karena adanya tipologi islam dalam memandang hubungan politik dengan islam” C. Bentuk budaya politik a) budaya politik parokial ( parochial political culture )tipe budaya politik yang orientasi politik individu dan masyarakatnya masih sangat rendah. hanya terbatas pada satu wilayah atau lingkup yang kecil atau sempit. individu tidak mengharapkan apapun dari sistem politik. tidak ada peranan politik yang bersifat khas dan berdiri sendiri. biasanya terdapat pada masyarakat tradisional b) budaya politik subjek ( subject political culture ) masyarakat dan individunya telah mempunyai perhatian dan minat terhadap sistem politik. meski peran politik yang dilakukannya masih terbatas pada pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintah dan menerima kebijakan tersebut dengan pasrah. tidak ada keinginan untuk menilai , menelaah atau bahkan mengkritisi c) budaya politik partisipan ( participant political culture merupakan tipe budaya yang ideal. individu dan masyarakatnya telah mempunyai perhatian, kesadaran dan minat yang tinggi terhadap politik pemerintah. individu dan masyarakatnya mampu memainkan peran politik baik dalam proses input (berupa pemberian dukungan atau tuntutan terhadap sistem politik) maupun dalam proses output (melaksanakan, menilai dan mengkritik terhadap kebijakan dan keputusan politik pemerintah). BAB III PEMBAHASAN A. Pengaruh pesantren”kiyai” terhadap perilaku politik santri dan masyarakat Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama informal temtunya memiliki karakteristik tersendiri yang unik satu sama lainya,setidaknya kondisi sosio culture masyarakat sekitar bias saja mempengaruhi cara pengajaran dan program-program pengajaran di civitas pesantren,atau bahkan sebaliknya peran dan figure pesantre”kiyai”dapan merekonstruksi tata nilai social culture santri dan masyarakat sekitar,terlebih di wilayah yang masih kental unsure unsure kebudayaan dan metafisika,sosok kiyai dipandang sebagai figure ideal yang layak dijadikan panutan dan di minta petuahnya. Sikap dan perilaku santri maupun masyarakat terhadap kiyai ini seakan tidak bisa dilepaskan satu sama lainya,keduanya memiliki hubungan simbiosis mutualisme layanya dua sisi mata uang.di satu sisi kiyai membutuhkan seorang santri dan masyarakat sebagai objek pengajaran dan pengamalan ilmunya sebagai penrus perjuangan syiar agama,disisi lain santri dan masyarakat juga membutuhkan kiyai sebagai pembingbing dan pengampu berbagai ilmu keagamaam dan social culture masyarakat yang keberadaanya harus dijunjung tinggi. Kehadiran sosok kiyai yang menguasai berbagai bidang ilmu keagamaan,dengan sendirinya menimbulkan kewibawaan kharismatik bagi para santri dan masyarakat sekitar.Dengan adanya otoritas kharismatik memudahkan bagi kiyai untuk mengontrol dan mengukuhkan pengaruhnya terhadap santri dan masyarakat sekitar sebagaimana yang dijelaskan oleh max weber( ) bahwa”charisma memainkan peran penting dalam kehidupan social masyarakat,juga menjadi penentu dalam orientasi politik” Otoritas kiyai dari segi power of kharismatic kerap kali menimbulkan sikap ta’jim (patuh turut)santri terhadap titah yang diucapkan oleh kiyai,bahkan disatu sisi otoritas kharismatik sering bergeser mendekati otoritas tradisionaldimana sosok kiyai siyakini sebagai sosok yang bersih,mulya dan luput dari kekeliruaan(trustee),hal ini dipertegas dengan berbagai kajian lliteratur para santri dalam menuntut ilmu yang memungkinkan terjaganya kewibawaan kiyai seperti kitab kuning. Menurut masthur(1994)”ta’lim mutualim karangan syekh zanuazi yang menjadi pedoman para santri dalam menuntut ilm,diantara isinya adalah bahwa kunci sukses menuntut ilmu adalah murid wajib menghormati guru dan kitab yang di ajarkanya” Sikap hormat santri dan masyarakat terhadap kiyai ini diartukulasikan dan di internalisasi sebagai penerimaan setiap sikap dan keputusan yang di ambil oleh kiyai.sehingga sikap dan pilihan santri akan terus berafiliasi terhadap kiyai,oleh karena itu lambat laun akan melahirkan budaya aatau perlakuan politik yang bersifat parochial yaitu “sikap dan perilaku poltitk masyarakat yamg memiliki orientasi masih lemah terhadap empat tingkatan bentuk berikut: a) Tingkat pengetahuan umum yang dimiliki masyarakat mengenai system politik Negara b) Pemahaman masyarakat mengenai struktur dan peran pemerintah dalam membuat kebijakan c) Pemahaman mengenai penguatan kebijakan yang meliputi input dari masyarakat d) Partisipasi dalam kegiatan politik dan bernegara,hakdan kewajiban sebagai warga negara. Maka setiap keputusan yang bersangkutan dengan adpek politik baik yang bersifat ekonomi social dak keagamaan sepenuhnya diserahkan langsung kepada ketua adat,tokoh masyarakat”oleh karena itu kiyai dipandang bukan hanya memiliki pengaruh dan peran dalam tatanan keagamaan lebih jauhnya kiyai juga dipandang sebagai figure penentu dalam peranata kehidupan bermsayarakat. B. Relasi pesantren dan konstelsi politik local Pesantren secara khitah merupakan lembaga dakwah seakligus pendidikan bagi santri dan masyarakat yang menitik beratkan pada dimensi teologi dans,fatalistic,dan keihlasan terkait dengan dimensi osolerik yang bersifat metafisika.Sedangkan politik merupakan dimensi profane yang bersifat sekuler dan selalu bebrbicara perihal kekuasaan. Kedua spectrum tersebut pada dasarnya sangat bertolak belakang namun pada kenyataanya sulit sekali untuk dipisahkan.hal ini bias dilihat dari peran pesantren dalam dekada terakhir. Dimana pada masa orde baru pesantren lebih memegang peranan hanya sebatas budaya atau yang lebih dikenal sebagai culture broker,mengingat pada masa orde baru polititk di kalangan pesantren sulit sekali di terima oleh masyarakat,bahkan bantuan dari pemerintah maupun parati politik kepada pesantren dianggap sebagaipencedraan terhadap citra kiyai.implikasinya pesantren jadi sepi dari para santri yang akan menuntut ilmu keagamaan pada kondisi terburuknya,kiyai akan kehilangan legitimasi dan charisma atas santri dan masyarakat. Pasca reformasi pesantren mulai memasuki ranah structural(politik praktis) dengan beberapa kiyai yang masuk kedalam struktur kepengurusan parati politik,menjadi anggota legislative,kepala daerah bahkan pesantren jawa berdomisili di jawa yang berafiliasi terhadap NU menginternalisasikan dirinya pada generalisasi idiologi dan partai politik PKB untuk mensukseskan KH.Abdurahman wahid sebagai presiden. Menurut Bj.bollen (1982)”ketertarikan umat islam terhadap politik bukan saja karena kemampuan partai politik dalam memperjuangkan dan membela kepentingan islam,tetapi karena adanya tipologi islam dalam memandang hubungan politik dengan islam” Tipologi islam dalam memandang hubungan politik dengan islam bsa di kategorikan sebagai berikut: a) Idiologi dimana politik dipandang sebagai hal yang penting dan sikap politik seseorang sama halnya dengan seperti memeluk islam sebagai keharusan b) Kharismatik yaitu cara pandang seseorang dalam sikap politiknya didasari terhadap kefiguran ,artinya sikap politik sesorang sangat dipengaruhi oleh tokoh atau pemuka agama yang memiliki pengaruh dan charisma dan seseorang hanya mengikuti apa yang di putuskan tokoh kharismatik tersebut. c) Rasional yaitu cara pandang seseorang terhadap politik dengan jalan mempertimbangkan dari aspek kapabelitas dan kapasitas politisi tersebut. Peran pesantren dalam konstelasi politik local khususnya di tasikmalaya secara tidak langsung memiliki andil yang besar terhadap prilaku politik santri dan masyarakat khususnya pada perhelatan pemilu,bahkan banyak diantara elit pesantrenn yang ikut serta dalam politik praktis ini,seperti KH Asep Maosul affandi yang merupakan keturunan dari pendiri pondok pesantren Miftahul Huda,maupun kemenangan UU rhuzanul ulum yang mendapat dukungan dari pesantren mifatahul huda dan HAMIDA(himpunan alumni miftahul huda) yang terdapat di berbagai pelosok nusantara terutama di tasikmalaya. Masyarakat tasikmalaya khususnya masyarakat yang berada di pedesaan yang berlatar belakan ekonomi dan pendidikan menengah ke bawah masih cenderung berprilaku politik tradisional dengan lebih mempertimbangkan aspek kharismatik dari yang mengarahkan maupun dari sosok pemimpin yang akan di pilih ketimbang melihat aspek pengetahuan visi misi dan kapabelitas.disinilah peran kiyai sebagai tokoh yang kharismatik berpengaruh penting terhadap perilaku politik masyarakat. Pengaruh kiyai seolah olah telah bertransformasi menjadi barganning power dan position bagi elit politik local maupun nasional dalam vote gatter.para elit politik local maupun nasional kerap kali bersilaturrahmi ke pesantren dan kiyai dengan tujuan untuk mendapatkan restu sebagai symbol dukungan kiyai terhadap elit politik tersebut. Dalam posisi ini kiyai dapat melakukan lobi politik dan deal deal politik sebagai timbal balik dari dukunganya untuk kepentingan umat seperti yang diungkapkan hiroko korikosi(1987)bahwa”kiyai adalah perantara (intermetary force) sebagai agen yang mampu menyeleksi dan mengarahkan nilai nilai budaya yang akan memberdayakan masyarakat” Deal deal politik kiyai terhadap elit politik local bias dilihat dari di terbitkanya perda sayariah di kota tasikmalaya pada masa syarief hidayat dimana perda tersebut diyakini sebagai umpan balik dari proses system politik yang di prakarsai atas kepentingan golongan kiyai yang ingin membumikan perda syariah di kota tasikmalaya.walaupun pada kenyataanya perda ini hanya bersifat semantic karena pada implementasinya dirasakan sangat nihil. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama islam memiliki peranan yang terus berkembang siring perjalanan social culture negeri ini,pesantren tidak lagi bercokol pada satu tatanan religiusitas yang bersipat metafisika tetapi juga berperan penting dalam merekonstruksi nilai nilai kehidupan bemasyarakat dan bernegara. Sebagai basis kekuatan yang memiliki kharismatik dikalangan santri dan masyarakat local keberadaan pesantren tidak lagi parsial terutama menjelang perhelatan pemilihan umum banyak elit politik local yang memanfaatkan dukungan politik berupa restu dari pesantren untuk meraih simpati masyarakat. Ditataran politik local pesntren bahkan memiliki barganning power dan position yang sangat menarik sehingga memungkinkan trjadinya kontrak politik diantara elit pesantren dan elit partai politik local. Pesantren bisa ditempatkan sebagai pembisik kebijakan pemerintahan local sekaligus sebagai” local strongman” yang berjalan demi kepentingan umat. B. Saran Dari kompleksitasnya permasalahan pesantren terhadap konstelasi politik local diharapkan dengan adanya penyusunan makalah ini bisa dijadikan sebuah rujukan untuk diskusi terbuka demi terciptanya peran pesantren dan kiyai yang seharusnya dalam menempatkan dirinya dalam pusaran politik yang selalu bersinggungan dengan kursi kekuasaan Daftar pusataka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PANCASILA DAN BERBAGAI DEFINISI

Review Buku Kaelani klik link dibawah ini  https://docs.google.com/document/d/142IaPq55EThm5V0yfzz-dE0drDFMDc2Lfn9UcIib330/edit?usp=sh...